Impelementasi Pendekatan Matematika Realistik dengan Metode Pq4r Berbantuan LKS dalam Meningkatkan Motivasi dan Prestasi Belajar Matematika Siswa SMP Negeri 4 Singaraja
Impelementasi Pendekatan Matematika Realistik dengan Metode Pq4r Berbantuan LKS dalam Meningkatkan Motivasi dan Prestasi Belajar Matematika Siswa SMP Negeri 4 Singaraja.
Oleh I Gusti Ngurah Pujawan [Jurusan Pendidikan Matematika Fakultas Pendidikan MIPA, IKIP Negeri Singaraja].
ABSTRAK
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang pelaksanaannya dirancang dalam tiga siklus. Rancangan untuk tiap siklus terdiri atas empat tahapan, yakni : perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, oservasi/evaluasi, dan refleksi. Sebagai subjek dari penelitian ini adalah siswa kelas VIIIA SMP Negeri 4 Singaraja tahun pelajaran 2005/2006 yang terdiri atas 38 orang siswa. Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk (1) meningkatkan motivasi belajar siswa, (2) meningkatkan prestasi belajar siswa, (3) mengetahui mendeskripsikan tanggapan siswa terhadap model pembelajaran yang diimpelementasikan. Data tentang motivasi belajar siswa dalam pembelajaran dikumpulkan dengan melalui angket, data prestasi belajar siswa dikumpulkan melalui tes prestasi belajar, dan data tentang tanggapan siswa terhadap model pembelajaran yang diimplementasikan dikumpulkan dengan angket. Selanjutnya, data yang terkumpul dianalisis secara deskriptif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa, impelementasi pendekatan matematika realistik dengan metode PQ4R berbantuan LKS dapat meningkatkan motivasi belajar siswa, prestasi belajar siswa, dan tanggapan siswa terhadap implementasi model pembelajaran tergolong positip.
Kata kunci : pendekatan matematik realistik, PQ4R, lembar kerja siswa
ABSTRACT
This research is a classroom action research designed to be carried out in three cycles. The design of each cycle consist of four stages, i.e : planning, implemention, observation/evaluation, and reflection. Subject of this research is students of class VIIIA of SMP Negeri 4 Singaraja in 2005/2006 academic year wich consisted of 38 students. The aims of this research are (1) to improve students’ motivation, (2) to improve students’ achievement, and (3) to know and describe students’ response toward the implementation of teaching learning model. Data of students’ motivation were collected through questionnaire, students’ achievement by using students’ achievement test, and data of students’ response toward the implementation of teaching learning model by using questionnaire. Thus, all of data were analyzed descriptively. The results of this research show that, implementation of realistic mathematics approach with PQ4R methods using students’ work sheet improve the students’ motivation, students’ achievement, and there is a positive students’ response toward the implementation of teaching learning model.
Key words: realistic mathematics approach, PQ4R, students’ work sheet
1. Pendahuluan
Berbagai upaya terpadu telah dilakukan pemerintah dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan, misalnya melalui penyempurnaan Kurikulum 1984 menjadi Kurikulum 1994 dan selanjutnya mulai tahun 2004 pemerintah mulai memberlakukan kurikulum baru yang disebut dengan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK), penataran guru tentang proses belajar mengajar, kegiatan MGMP, dan sosialisasi Model Pembelajaran yang inovatif dan produktif melalui kegiatan seminar dan pengabdian masyarakat yang diselenggarakan oleh instansi terkait. Namun demikian, semua usaha tersebut belum membuahkan hasil yang optimal. Hal ini tercermin masih rendahnya Nilai Ebtanas Murni (NEM) atau Nilai Ujian Akhir Murni (NUAM) yang dicapai siswa. Rendahnya prestasi belajar siswa SMP, khususnya dalam mata pelajaran matematika dapat dilihat dari rata-rata NEM atau NUAM yang diperoleh siswa, yang sampai saat ini masih menjadi sorotan banyak pihak di masyarakat. Secara berturut-turut dalam lima tahun terakhir ini, yaitu sejak tahun ajaran 1999/2000 sampai dengan 2003/2004 untuk daerah kabupaten Buleleng rerata NEM/NUAM matematika yang diperoleh siswa SMP belum pernah melampui 6,0 (Depdiknas Kab. Buleleng, 2004), dan ini keadaan juga terjadi di SMP Negeri 4 Singaraja. Terakhir tahun ajaran 2003/2004, berdasarkan informasi yang diperoleh dari Sri Aryani selaku guru matematika di SMP 4 bahwa, rerata perolehan NUAM matematika siswa SMP Negeri 4 Singaraja adalah 4,76. Hal ini menunjukkan bahwa prestasi belajar siswa SMP Negeri 4 Singaraja dalam mata pelajaran matematika belum memenuhi harapan, walaupun rerata ini telah memenuhi standar kelulusan nasional untuk mata pelajaran matematika. Keadaan ini perlu mendapat perhatian dan kajian mendalam oleh kalangan praktisi pendidikan untuk mengetahui faktor-faktor penyebab serta mencari solusinya.
Hasil pengamatan peneliti terhadap pembelajaran matematika di beberapa kelas di SMP Negeri 4 Singaraja, pada saat membimbing mahasiswa dalam melaksanakan Program Pengalaman Lapangan (PPL) tahun 2004 menunjukkan bahwa, salah satu faktor yang diidentifikasi sebagai penyebab rendahnya prestasi belajar siswa adalah adanya anggapan yang kuang pas bahwa pengetahuan dapat dipindahkan secara utuh dari pikiran guru ke pikiran siswa. Dengan asumsi ini, para guru mencoba memfokuskan pelajaran matematika pada upaya penuangan pengetahuan matematika sebanyak mungkin kepada siswa. Dengan demikian, metode transfer informasi yang sering dikenal dengan metode mengajar klasik (ceramah) dianggap sebagai metode yang paling efektif dalam menuangkan pengetahuan kepada siswa.
Model ceramah sangat tidak sesuai dalam pembelajaran matematika, karena konsep-konsep yang terkandung dalam matematika merupakan konsep yang memiliki tingkat abstraksi tinggi. Dengan model ini, siswa cenderung siswa menghafal contoh-contoh yang diberikan guru tanpa terjadi pembentukan konsepsi yang benar dalam struktur kognitif siswa. Keadaan seperti ini membuat siswa mengalami kesulitan dalam memaknai konsep sehingga beresiko tinggi terjadinya miskonsepsi. Tidak bermakna dan terjadinya miskonsepsi ini akan menyebabkan siswa mengalami kesulitan dalam memahami konsep lebih lanjut. Bagi siswa, belajar matematika tampaknya hanya untuk menghadapi ulangan atau ujian dan terlepas dari masalah-masalah nyata dalam kehidupan sehari-hari sehingga pelajaran matematika dirasakan tidak bermanfaat, tidak menarik, dan membosankan. Kondisi seperti ini, diyakini tidak akan dapat membangkitkan motivasi belajar siswa, dan akhirnya bermuara pada rendahnya prestasi belajar yang dicapai siswa.
Permasalahan di atas, disikapi melalui suatu tindakan berupa implementasi pendekatan Matematika Realistik dengan metode Preview-Question-Read-Reflect-Recite-Review (PQ4R) berbantuan Lembar Kerja Siswa (LKS). Dipilihnya tindakan ini sebagai alternatif pemecahan masalah, yang dilandasi oleh beberapa agumentasi. Pendekatan matematika realistik diadopsi dari kata Realistic Mathematics Education (RME) yang merupakan teori pembelajaran dalam pembelajaran matematika. RME pertama kali diperkenalkan di Belanda pada tahun 1970 oleh “The Freudenthal Institute in the Netherlands” (Fauzan : 2001). Konsep ini menyatakan bahwa aktivitas matematika harus dikaitkan dengan realita, dan matematika merupakan aktivitas manusia (human activities). Ini berarti matematika harus dekat dengan anak dan relevan dengan kehidupan sehari-hari. Hal ini ditegaskan oleh Gravemeijer (1994), yaitu “Matematika sebagai aktivitas manusia”. Oleh karena itu, siswa harus diberikan kesempatan untuk menemukan kembali ide-ide (reinvention) dan mengkonstruksi konsep-konsep matematika dengan bimbingan orang dewasa. Upaya ini dilakukan melalui penjelajahan berbagai situasi dan persoalan-persoalan realistik. Realistik dalam hal ini dimaksudkan tidak hanya berhubungan dengan dunia nyata saja, tetapi juga menekankan pada masalah nyata yang dapat dibayangkan oleh siswa. Jadi, penekanannya adalah membuat suatu masalah itu menjadi nyata dalam pikiran siswa. Usaha untuk membangun kembali konsep-konsep dan prinsip-prinsip matematika dapat dilakukan dengan penjelajahan berbagai situasi nyata (realistik) dan permasalahan-permasalahan dunia nyata (de Lange dalam Suradi, 2001). Dengan demikian, pada pendekatan realistik, dunia nyata digunakan sebagai titik pangkal untuk mengembangkan konsep-konsep dan prinsip-prinsip matematika serta mengaplikasikan konsep-konsep dan prinsip-prinsip matematika tersebut ke dunia nyata atau ke bidang lain.
Treffer (dalam Ipung Yuwono, 2001), merumuskan dua tipe pematematikaan, yaitu pematematikaan horizontal dan vertikal. Matematisasi horizontal berkaitan dengan pengetahuan yang telah dimiliki siswa sebelumnya bersama intuisi mereka sebagai alat untuk menyelesaikan masalah-masalah dari dunia nyata. Sedangkan matematisasi vertikal berkaitan dengan proses organisasi kembali pengetahuan yang telah diperoleh dalam simbol-simbol matematika yang lebih abstrak. Singkatnya Freudenthal (dalam Ipung Yuwono, 2001) mengatakan “Pematematikaan horisontal berkaitan dengan perubahan dunia nyata menjadi simbol-simbol dalam matematika, sedangkan pematematikaan vertikal melibatkan pengubahan dari simbol-simbol ke simbol matematika lainnya yang lebih abstrak”. Meskipun perbedaan antara dua tipe ini mencolok, tetapi tidak berarti bahwa dua tipe tersebut terpisah sama sekali mengingat pendekatan realistik memberikan perhatian yang seimbang antara pematematikaan horizontal dan pematematikaan vertikal.
Metode PQ4R dikembangkan oleh Thomas dan Robhinson (1972) yamg merupakan penyempurnaan dari metode SQ3R Robhinson (1961). Sesuai dengan namanya metode PQ4R ini terdiri dari enam langkah, yaitu Preview, Question, Read, Reflect, Recite dan Review (dalam Nur, 1999). Pertama, pada tahap Preview siswa diharapkan untuk melakukan survey terhadap materi pelajaran untuk mendapatkan ide tentang topik dan sub topik utama serta pengorganisasian umum. Siswa melakukan identifikasi terhadap materi yang akan dipelajari. Pada langkah ini, siswa membuat ramalan ilmiah tentang materi yang akan dibaca dan dipelajari, selanjutnya berdasarkan judul (pokok bahasan) dan subjudul (subpokok bahasan). Kedua, tahap Question siswa diminta untuk membuat dan mengajukan pertanyaan-pertanyaan tentang materi itu saat mereka mempelajarinya, khususnya pada dirinya sendiri, dengan kata-kata yang sesuai, seperti : apa, mengapa, bagaimana, siapa dan dimana. Ketiga, pada tahap Read siswa diminta untuk membaca materi, kemudian membuat catatan-catatan kecil (note taking), tidak membuat catatan-catatan yang panjang. Selanjutnya siswa dapat mencoba untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang dibuat sebelumnya selama membaca materi tersebut. Keempat, tahap Reflect sesungguhnya merupakan refleksi terhadap materi pelajaran. Siswa mencoba untuk memahami materi yang dibaca atau dipelajari dengan cara: (1) menghubungkan materi yang dibaca dengan materi yang diketahui sebelumnya, (2) mengaitkan sub-sub topik dengan konsep-konsep utama, (3) memecahkan kontradiksi dalam materi yang disajikan, dan (4) menggunakan materi itu untuk memecahkan masalah-masalah yang disimulasikan dan dianjurkan dalam materi pelajaran. Kelima, tahap Recite merupakan latihan untuk mengingat kembali materi pelajaran, dengan memberi penekanan pada butir-butir penting (dapat menggunakan judul kata-kata yang ditonjolkan serta catatan-catatan tentang konsep-konsep utama) yang dapat dilakukan dengan mendengarkan sendiri, menanyakan dan menjawab pertanyaan-pertanyaan. Keenam, pada tahap Review siswa mereviu materi yang dipelajari, dan memusatkan perhatian pada pertanyaan-pertanyaan dan jawaban yang diperoleh pada langkah sebelumnya dan mungkin perlu membaca ulang materi yang dipelajari apabila siswa merasa kurang yakin dengan jawabannya.
Apabila langkah-langkah pada metode PQ4R ini dikaitkan dengan pembelajaran dengan pendekatan matematika realistik, maka dapat disimpulkan bahwa melalui langkah preview dan question siswa akan meninjau dan menghubungkan antara pengalaman dan pengetahuan yang mereka telah miliki dengan topik yang mereka sedang pelajari. Pada langkah read dan reflect siswa akan berusaha untuk mempelajari dan memahami topik yang dibahas sehingga mereka memperoleh pengetahuan baru dan memformulasikan pengetahuan itu untuk dirinya sendiri. Selanjutnya pada langkah recite, pengetahuan yang telah terbentuk perlu dimantapkan kembali melalui suatu latihan sehingga pengetahuan tersebut menjadi permanen dalam ingatan siswa. Disadari bahwa setiap siswa memiliki perbedaan dan keterbatasan, baik pengalaman, pengetahuan awal, dan kecepatan belajar sehingga hal ini berdampak pada kecepatan pemahaman dan penguasaan materi ajar. Sehubungan dengan itu, setiap siswa diberi kesempatan untuk mereviu topik yang telah mereka pelajari (tahap review). Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa penggunaan metode PQ4R sangat mendukung implementasi pendekatan matematika realistik dalam pembelajaran matematika.
Proses pembelajaran konvensional, umumnya lebih menempatkan guru pada perannya sebagai pusat informasi dan ilmu pengetahuan, dan bahkan kadang menjadi satu-satunya sumber, sekaligus sebagai satu-satunya validator. (Sugiarta, 2001). Berbagai dampak negatif dirasakan dengan keadaan ini, seperti kelas pasif, interaksi satu arah, serta kurangnya perhatian guru terhadap potensi dan gagasan siswa sebagai sumber daya. Namun kini, pengembangan pendekatan matematika realistik melalui berbagai metode (salah satunya PQ4R) merupakan salah satu pendekatan konstruktivis meghendaki peran guru sebagai fasilitator atau mediator yang kreatif dalam proses pembelajaran di kelas. Hal ini, bukan saja karena globalisasi informasi ataupun pengelolaan pembelajaran yang memerlukan bantuan berupa bimbingan, melainkan pebelajar dewasa yang mempunyai ide-ide segar ataupun konsepsi yang dapat berkembang. Disadari bahwa tidak semua guru mempunyai waktu yang cukup untuk memberi bantuan maksimal mendukung proses belajar siswa. Banyak faktor penyebabnya, salah satu di antaranya kurangnya sumber belajar bermutu yang sesuai dengan kebutuhan. Berdasarkan pemikiran model konstruktivis sosial, maka lembar kerja siswa (LKS) merupakan salah satu sumber belajar yang sesuai, sebab LKS dapat mengoptimalkan pelaksanaan pembelajaran. LKS adalah suatu lembaran yang berisikan sejumlah informasi serta instruksi yang ditujukan untuk mengarahkan siswa bertingkah laku sebagaimana diharapkan pembuatnya, dalam hal ini pengajar (Suwarti, 1996). LKS yang baik adalah LKS yang mampu menjadikan pebelajar mempunyai keinginan untuk beraktivitas sesuai dengan instruksi. Pada dasarnya, LKS sangat tepat digunakan untuk tujuan menjadikan pebelajar yang lambat laun dapat bekerja secara mandiri. Disamping itu, dengan LKS siswa akan mampu mengingat suatu konsep lebih lama bahkan permanen, karena konsep tersebut diperolehnya melalui keterlibatan mental yang tinggi. Sarna (1999) mengemukakan bahwa, penggunaan LKS dapat mengoptimalkan sumber daya siswa dan guru dalam proses pembelajaran. Beberpa keuntungan spesifik dari pemanfaatan LKS dalam pemebelajaran adalah (1) dapat menumbuhkan kemandirian siswa, (2) dapat menumbuhkan aktivitas, kreativitas, serta motivasi belajar siswa, (3) menghemat waktu, dan (4) memberi kesempatan yang lebih banyak bagi guru untuk melakukan bimbingan individu ataupun kelompok. Dengan demikian, diyakini bahwa penggunaan LKS sangat mendukung implementasi pendekatan matematika realistik dengan metode PQ4R dalam rangka meningkatkan motivasi dan prestasi belajar matematika siswa.
Tujuan utama dari penelitian ini adalah (1) meningkatkan motivasi belajar siswa, (2) meningkatkan prestasi belajar matematika siswa, dan (3) mengetahui dan mendeskripsikan tanggapan siswa terhadap impelementasi Pendekatan Matematika Realistik dengan Metode PQ4R berbantuan LKS.
Manfaat praktis yang dapat dipetik dari hasil penelitian ini adalah (1) siswa yang terlibat dalam penelitian akan memperoleh pengalaman langsung dalam belajar matematika melalui impelementasi pendekatan Matematika Realistik dengan metode PQ4R berbantuan LKS, (2) temuan-temuan dari penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan oleh guru dalam merancang dan melaksanakan program pembelajaran, dan (3) memberikan pengalaman langsung kepada guru dalam mengimplementasikan pendekatan Matematika Realistik dengan metode PQ4R berbantuan LKS pendekatan Matematika Realistik dengan metode PQ4R berbantuan LKS sebagai upaya meningkatkan kualitas pemebelajaran dan hasil belajar matematika siswa, dan melalui pengalaman ini diharapkan mereka lebih kreatif dalam memilih dan mengembangkan strategi pembelajaran yang inovatif dan produktif.
2. Metode Penelitian
Subjek dari penelitian ini adalah siswa kelas VIIIA SMP Negeri 4 Singaraja Tahun Ajaran 2005/2006 yang terdiri atas 38 orang siswa.
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang pelaksanaannya dirancang dalam tiga siklus. Rancangan untuk tiap siklus terdiri atas empat tahapan, yakni : perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi/evaluasi, dan refleksi. (Kemmis and Taggart, 1988).
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah (1) data mengenai motivasi belajar siswa dalam proses pembelajaran dikumpulkan melalui angket. Angket ini terdiri atas 12 item, yang penskorannya menggunakan skala Likert, yakni masing-masing item mempunyai skor maksimal 5 dan skor minimal 1, (2) data prestasi belajar siswa dikumpulkan melalui tes prestasi belajar, dan (3) data tentang tanggapan siswa terhadap terhadap strategi pembelajaran yang diimplementasikan dikumpulkan melalui angket yang memuat 10 item dengan penskoran juga menggunakan skala Likert.
Data penelitian ini dianalisis secara deskriptif. Secara keseluruhan penelitian ini dikatakan berhasil jika motivasi dan prestasi belajar siswa meningkat dari siklus ke siklus, dan pada akhir penelitian ini motivasi belajar siswa minimal tergolong cukup, rata-rata kelas, daya serap (DS), dan ketuntasan belajar (KB) berturut-turut minimal 6,5, 65 %, dan 85 %, serta tanggapan siswa terhadap strategi pembelajaran yang diimplementasikan minimal tergolong cukup positip.
3. Hasil Penelitian dan Pembahasan
3.1 Hasil Penelitian
Motivasi belajar siswa dalam penelitian ini diukur melalui teknik yang telah dikemukakan sebelumnya. Dari hasil analisis data, diperoleh bahwa rata-rata skor motivasi belajar siswa pada siklus I sebesar 38,87 yang tergolong cukup. Selanjutnya, diperoleh rata-rata skor motivasi belajar siswa pada siklus II dan siklus III berturut-turut sebesar 45,71 dan 44,66 yang keduanya tergolong tinggi.
Dari hasil analisis data prestasi belajar siswa diperoleh bahwa, skor rata-rata kelas sebesar 6,12 dengan daya serap 61,2 % dan ketuntasan belajar 42,11 % pada siklus I, skor rata-rata kelas sebesar 6,84 dengan daya serap 68,4 % dan ketuntasan belajar 68,42 % pada siklus II, dan pada siklus III diperoleh skor rata-rata kelas sebesar 7,12 dengan daya serap 71,2 % dan ketuntasan belajar 86,84 %.
Berdasarkan hasil analisis data tanggapan siswa diperoleh rata-rata tanggapan siswa secara klasikal sebesar 38,66. Dari kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya, ternyata tanggapan siswa terhadap imodel pembelajaran yang diimplementasikan tergolong positip.
3.2 Pembahasan
Hasil analisis data menunjukkan bahwa, tindakan yang dilakukan pada siklus I cukup berhasil membangkitkan motivasi belajar siswa. Hal ini dapat dilihat dari rata-rata skor motivasi belajar siswa, yakni sebesar 38,87 yang tergolong cukup. Kualitas motivasi belajar siswa pada siklus I ini telah memenuhi kriteria keberhasilan yang ditetapkan.
Dari analisis data prestasi belajar siswa pada siklus I diketahui bahwa skor rata-rata kelas () sebesar 6,12, DS = 61,2 % dan KB = 42,11 %., dan hasil ini belum memenuhi kriteria keberhasilan yang ditetapkan. Berdasarkan hasil pelaksanaan tindakan siklus I ini, tim peneliti melakukan diskusi untuk mencermati keunggulan-keunggulan yang perlu dipertahankan dan dikembangkan serta mengkaji kendala-kendala yang menjadi penyebab kurang berhasilnya pembelajaran yang dilaksanakan. Dari hasil diskusi ini dapat disimpulkan bahwa kurang berhasilnya pembelajaran yang dilakukan pada siklus I adalah disebabkan oleh beberapa faktor. Pertama, pada siklus I ini siswa belum terbiasa dan belum mempunyai pengalaman dengan pembelajaran berpendekatan matematika realistik dengan metode PQ4R berbantuan LKS, sehingga pada awal-awal pembelajaran situasi kelas agak ribut. Kedua, masih rendahnya motivasi siswa untuk belajar, hal ini terlihat dari masih banyak siswa yang malas mengerjakan tugas-tugas yang tertuang dalam LKS. Hal ini kemungkinan dikarenakan siswa kurang memperhatikan petunjuk pengerjaan LKS, bahwa pada setiap akhir pengerjaan LKS akan diadakan tes. Akibatnya, banyak siswa yang mengalami kesulitan dalam menjawab soal-soal evaluasi yang terdapat dalam LKS. Ketiga, pada saat pelaksanaan tindakan siklus I, terdapat beberapa orang siswa yang sudah selesai mengerjakan soal-soal latihan mengganggu temannya yang sedang bekerja sehingga mengganggu proses belajar. Keempat, dalam diskusi dan menjawab pertanyaan yang diajukan oleh guru, hanya beberapa siswa yang mau mengemukakan pendapat atau menjawab. Hal ini disebabkan oleh kurang beraninya atau kurangnya rasa percaya diri siswa. Kelima, dalam presentasi hasil kerja di depan kelas lebih banyak didominasi oleh siswa yang berkemapuan baik.
Berdasarkan hasil refleksi tindakan yang dilakukan pada siklus I, maka dilakukan tindakan pada siklus II. Tindakan pada siklus II merupakan penyempurnaan dan perbaikan terhadap kendala-kendala yang muncul pada siklus Pertama, pada siklus I siswa belum terbiasa mengikuti pembelajaran matematika berpendekatan matematika realistik dengan metode PQ4R berbantuan LKS, karenanya guru memberikan arahan kembali kepada siswa bagaimana seharusnya mereka dalam mengikuti pembelajaran. Kedua, dengan berbagai strategi guru berusaha membangkitkan kesadaran dan motivasi siswa untuk belajar dengan sungguh-sungguh. Dalam hal ini, guru memberikan perhatian lebih kepada siswa yang mengalami kesulitan dalam menyelesaikan masalah yang ada pada LKS. Ketiga, untuk menangani siswa yang mengganggu temannya dalam mengerjakan soal-soal latihan yang terdapat dalam LKS dan umumnya siswa ini adalah siswa berkemampuan baik, maka siswa yang telah selesai mengerjakan soal ditugaskan untuk membimbing temannya yang mengalami kesulitan dalam menyelesaikan masalah tersebut. Hal ini diharapkan dapat meningkatkan interaksi antar siswa. Keempat, mendorong siswa yang berkemampuan kurang untuk berpartisipasi aktif dalam diskusi, dengan memberikan kesempatan bertanya dan menjawab terlebih dahulu, misalnya dengan menunjuk siswa sehingga interaksi tidak hanya terbatas pada siswa yang berkemampuan tinggi. Kelima, dalam presentasi hasil kerja, guru mengarahkan agar presentasi dilakukan secara bergilir.
Dalam pembelajaran pada siklus II siswa sudah mulai terbiasa dalam mengikuti strategi pembelajaran yang diterapkan. Ini terlihat dari keantusiasan siswa yang setelah diberikan LKS, siswa langsung mengerjakan tugas-tugas pada LKS sesuai dengan petunjuk tanpa menunggu perintah. Hal nyata yang dapat dilihat sebagai hasil pelaksanaan tindakan siklus II adalah terjadinya peningkatan motivasi dan prestasi belajar siswa. Dari hasil analisis data terlihat bahwa terdapat peningkatan motivasi belajar siswa baik secara kuantitaif maupun kualitatif. Skor motivasi belajar siswa meningkat dari 38,87 pada siklus I menjadi 45,71 pada siklus II, yang secara kualitatif meningkat dari katagori cukup menjadi katagori tinggi. Peningkatan juga terjadi pada prestasi belajar siswa, yaitu skor rata-rata kelas () = 6,12 ; DS = 61,2 % dan KB = 42,11 % pada siklus I menjadi = 6,84 ; DS = 68,4 % ; dan KB = 68,42 % pada siklus II. Dari kondisi ini dapat disimpulkan bahwa motivasi belajar siswa, rata-rata kelas, DS pada siklus II sudah memenuhi kriteria keberhasilan, namun KB siswa belum memenuhi kriteria keberhasilan, karena KB masih lebih kecil dari 85 %.
Dari hasil refleksi tindakan siklus II, ditemukan beberapa kekurangan, di antaranya (1) motivasi siswa untuk mengrjakan tugas-tugas relatif masih rendah, (2) siswa yang berkemampuan lebih masih mendominasi jalannya diskusi, sehingga interaksi mengarah dari siswa yang berkemampuan lebih ke siswa yang berkemapuan kurang, (3) masih banyak siswa yang kurang percaya dengan penjelasan temannya dan mereka lebih percaya dengan penjelasan yang dberikan guru. Untuk mengkaji kekurangan-kekurangan yang dialami pada siklus II, maka tim peneliti merefleksi kembali tindakan yang telah dilakukan dalam rangka pelaksanaan tindakan siklus III.
Pada siklus III, guru kembali menekankan pentingnya interaksi antar siswa dan mereka harus saling percaya karena dengan saling percaya inilah akan tumbuh rasa percaya diri. Disamping itu, guru harus dapat mengontrol diri sehingga betul-betul memposisikan diri sebagai fasilitator dan memberi bantuan seperlunya..
Berdasarkan hasil analisis data siklus III diketahui bahwa rata-rata skor motivasi belajar siswa sebesar 44,66 yang secara kualitatif tergolong tinggi. Walaupun secara kuantitatif motivasi belajar siswa tidak meningkat dari siklus I ke siklus II, namun secara kualitatif motivasi belajar siswa masih berada pada katagori yang sama, yakni tinggi. Motivasi belajar siswa pada siklus III sudah memenuhi kriteria keberhasilan.
Hasil analisis data menunjukkan bahwa terdapat peningkatan prestasi belajar siswa dari siklus II ke siklus III, yakni rata-rata kelas () = 6,84 ; DS = 68,4 % ; dan KB = 68,42 % pada siklus II menjadi () = 7,12 ; DS = 71,2 % dan KB = 86,84 %. Dari kondisi ini dapat disimpulkan bahwa, skor rata-rata kelas, DS dan KB siswa pada siklus III sudah memenuhi kriteria keberhasilan.
Hasil analisis data tentang tanggapan sisiwa menunjukkan bahwa tanggapan siswa terhadap penerapan model pembelajaran ini tergolong positip dengan skor rata-rata sebesar 38,66. Tanggapan positip siswa ini merupakan modal bagi guru dalam upaya meningkatkan kualitas pembelajaran dan hasil belajar siswa.
Berdasarkan hasil di atas, secara keseluruhan penelitian ini dapat dikatakan berhasil karena pada akhir penelitian semua kriteria keberhasilan yang ditetapkan telah terpenuhi. Diyakini bahwa keberhasilan ini merupakan dampak positip dari implementasi pendekatan matematika realistik dengan metode PQ4R berbantuan LKS, mengingat bahwa pendekatan matematika realistik ini sangat cocok dipasangkan dengan metode PQ4R dalam pembelajaran matematika lerlebih lagi menggunakan (Suradi, 2001; Nur, 1999; dan Suwarti 1996). Namun demikian, dibalik keberhasilan masih terdapat beberapa kekurangan dalam penerapan strategi pembelajaran ini, diantaranya : (a) masih belum optimalnya interaksi antar siswa dalam memecahkan masalah yang dihadapi, (b) masih sulitnya menumbuhkan rasa percaya diri siswa, (c) terbatasnya sarana belajar yang dimiliki siswa, dan hal ini tidak terlepas dari tingkat sosial ekonomi siswa.
4. Penutup
Berdasarkan hasil dan pembahasan hasil penelitian ini dapat disimpulkan, bahwa (1) implementasi pembelajaran matematika berpendekatan matematika realistik dengan metode PQ4R berbantuan LKS dapat meningkatkan motivasi belajar siswa, yakni dari 38,87 (cukup) pada siklus I menjadi 45,71 (tinggi) pada siklus II dan menjadi 44,66 (tinggi) pada siklus III. Secara kuantitatif motivasi belajar siswa memang tidak meningkat dari siklus II ke siklus III, namun secara kuantitatif masih dalam katagori yang sama, yakni katagori tinggi, (2) implementasi pembelajaran matematika berpendekatan matematika realistik dengan metode PQ4R berbantuan LKS dapat meningkatkan prestasi belajar siswa kelas VIII A2 SMP Negeri 4 Singaraja. Terjadi peningkatan skor rata-rata kelas dari 6,12 pada siklus I menjadi 6,84 pada siklus II, dan menjadi 7,12 pada siklus III. Daya Serap siswa juga meningkat dari siklus ke siklus, yaitu dari 61,2 % pada siklus I menjadi 68,4 % pada siklus II dan menjadi 71,2 % pada siklus III. Hal yang sama juga terjadi pada ketuntasan belajar siswa, yakni : dari 42,11 % pada siklus I meningkat menjadi 68,42 % pada siklus II dan menjadi 86,84 % pada siklus III, (3) tanggapan siswa terhadap implementasi pembelajaran matematika berpendekatan matematika realistik dengan metode PQ4R berbantuan LKS tergolong positip.
Sebagai tindak lanjut dari hasil penelitian ini dapat dikemukakan beberapa saran, yakni sebagai berikut . (1) Diharapkan kepada guru matematika kelas VIII A2 SMP Negeri 4 Singaraja untuk menerapkan pendekatan matematika realistik dengan metode PQ4R berbantuan LKS, minimal sesuai dengan rancangan tindakan yang disetting dalam penelitian ini. (2) Diharapkan juga kepada para guru matematika lainya untuk menerapkan dan mengembangkan pembelajaran matematika berpendekatan matematika realistik dengan metode PQ4R berbantuan LKS dalam rangka memperbaiki kualitas pembelajaran dan hasil belajar matematika siswa. (3) Disarankan kepada peneliti lain yang berminat, untuk meneliti lebih lanjut mengenai implementasi model pembelajaran ini dengan tempat dan subjek yang berbeda.
DAFTAR PUSTAKA
Sumber: http://www.infodiknas.com
0 komentar:
Posting Komentar